Senin, 21 Oktober 2013

Mengkomparasikan Catatan Kaki, Kutipan dan Daftar Pustaka Dari 3 Buku

BAB III

3.1 Kesimpulan
Dari ketiga sumber referensi buku disimpulkan bahwa buku yang paling baik dari segi ragam bahasa, penulisan, kutipan dan catatan kaki yang disajikan penulis terdapat pada buku ketiga dengan judul Zaman Gemblung. Kompleksitas jalan cerita dan kutipan-kutipan yang beragam membuat buku tersebut mudah dipahami dan memperluas pengetahuan pembaca akan serapan kata-kata asing yang terkandung didalamnya.

3.2 Saran

Semua buku baiknya mencantumkan daftar pustaka agar pembaca mengetahui sumber kutipan-kutipan yang disajikan penulis dalam cerita. Penggunaan bahasa juga harus diperhatikan. Hindari bahasa-bahasa yang mengandung konotasi negative serta perhatikan struktur kerangka penulisan agar alur cerita mudah dipahami pembaca.

Minggu, 20 Oktober 2013

Jagung Untuk Kemandirian Bangsa



Arifin Noor Sugiharto bukan sekedar petani jagung biasa, dia merupakan seorang peneliti jagung dan Dosen Fakultas Pertanian dan Ketua Laboratoruim Bioteknologi Budidaya Pertanian Universitas Brawijaya. Dedikasinya yang tinggi dalam dunia pertanian membuatnya mendapat gelar Master dan Doktor dari Universitas Kyushu, Jepang. Prestasi yang pernah ia lakukan adalah penemuan 6 varietas jagung unggul yang telah ia daftarkan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian. Diantaranya varietas A2, B2, BIA3, KA11, KG1 dan JM POP4.
Semua penemuan varietas yang ia temukan memiliki keunggulan rasa yang lebih manis serta tahan penyakit  dan hama tanaman. Rencananya ia akan mendaftarkan 2 varietas jagung lagi yang baru-baru ini ia teliti yaitu varietas jagung ungu dan jagung ketan. Pada jagung ketan itu, kandungan senyawa yang merupakan salah satu penyusun pati hampir menyamai kandungan yang terdapat pada beras ketan, yaitu 93%. Jagung ketan juga sangat bermanfaat bagi peternakan sapi, karena bisa meningkatkan produksi susu sekitar 7%.
Motivasinya melakukan penelitian dan penemuan-penemuan baru terhadap varietas jagung karena mahalnya harga benih jagung dipasaran yang memberatkan para petani lokal. Benih jagung biasa dibeli petani dengan harga Rp 50.000/kg, sedangkan benih jagung manis termurah dibandrol dengan harga Rp 250.000 – 1.000.000/kg. Harga benih ini jelas mencekik para petani lokal. Padahal jika dilihat dari segi geografis, Jatim merupakan sentra benih unggul. Bahkan untuk benih jagung, Jatim mendominasi produksi Nasional. Hal ini disebabkan karena industri benih dikuasai oleh Perusahaan multinasional. Belum lagi serbuan jagung import yang mengurangi produktivitas jagung lokal.
Dampak positif dari hasil penelitiannya, kini petani mendapatkan kepastian harga dan keuntungan yang di dapat bisa lebih dari 200% jika dibandingkan menanam jagung secara mandiri. Varietas yang dihasilkan antara lain memiliki umur panen di daerah dingin 90 hari dan di daerah panas 85 hari. Dengan potensi hasil panen sekitar 14-16 ton per ha.
Kini penelitiannya di pusatkan pada varietas jagung ketan dan jagung ungu. Jagung ungu di taksir memiliki kandungan antosianin cukup tinggi dan baik untuk penderita kardiovaskular.

Sumber Referensi  :  Koran Media Indonesia (Jumat, 11 Oktober 2013)

Penggunaan Bahasa Indonesia



Faktor – faktor yang mempengaruhi sempurna atau tidaknya sebuah tulisan :
  1. Ragam Bahasa
  2. Ejaan
  3. Diksi
  4. Kalimat
  5. Alinea & Pembangunya
  6. Kerangka Karangan
  7. Kutipan & Catatan kaki
  8. Abstraksi & Daftar Pustaka
Dari Segi Naratif :
Tujuan dari adanya faktor-faktor penentu diatas adalah supaya kita mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik secara lisan dan tulisan sebagai sarana penyampaian gagasan ilmiah.
Namun pada penerapannya tidak semua factor diatas mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia yang baik bagi masyarakat. Budaya globalisasi yang marak di lingkungan sekitar mendorong masyarakatnya untuk berbicara dan berperilaku sesuai dengan trend mode saat ini.
Ragam bahasa yang sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) kini jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Karena bahasa yang menggunakan EYD dianggap kuno dan ketinggalan jaman khususnya bagi masyarakat remaja saat ini. Cara penyampaian gagasan ilmiah yang tepat agar dapat dicerna masyarakat di era modern ini tidak lagi diperlukan pidato-pidato resmi. Mereka lebih tertarik pada ajakan-ajakan yang bersifat persuasifedengan menggunakan pendekatan yang mudah mereka pahami seperti seminar atau penyuluhan.
Selain cara penggunaan bahasa Indonesia secara lisan, ada juga penyampaian gagasan atau pemikiran-pemikiran dengan menggunakan tulisan. Dengan menggunakan media ini masih banyak para penulis dilingkungan masyarakat yang memperhatikan faktor-faktor penentu diatas sebagai acuan mereka dalam pembuatan sebuah karya dalam bentuk tulisan. Baik itu karya ilmiah, artikel atau karangan fiksi. Karena karya yang baik ditentukan dari pemilihan bahasa, struktur penulisan, ejaan dan pemilihan kalimat yang tepat agar pembaca dapat mengerti isi dari karangan yang telah ditulis oleh penulis.
Kutipan dan catatan kaki juga diperlukan sebagai bahan referensi pembaca dan menambah pengetahuan pembaca mengenai kata-kata asing yang baru mereka ketahui. Jadi tidak semua cara penyampaian gagasan atau pemikiran menggunakan ragam bahasa yang kaku dan resmi. Semua itu bergantung pada objek atau sasaran utama yang akan kita sampaikan. Walaupun ragam bahasa itu tidak semuanya mengarah pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun alangkah baiknya jika kita menyampaikan idea tau gagasan kita menggunakan pendekatan yang mudah dipahami oleh masyarakat.

Jumat, 21 Juni 2013

Perilaku Konsumen Terhadap Suatu Produk

A.     PERILAKU KONSUMEN TERHADAP SUATU PRODUK

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi dan membuang suatu barang atau jasa, termasuk keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut.

Jadi, bisa dibilang perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pelanggan. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi 2 bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seorang konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sekitar seorang konsumen.

5 cara mempertahankan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
1        1.   Berikan perhatian mengenai barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen

     Sebagian besar pelaku pasar hanya fokus terhadap penawaran yang akan mereka sampaikan, tanpa memperhatikan keinginan konsumen. Kesalahan inilah yang sering membuat para konsumen melakukan penolakan secara langsung terhadap para sales, sebab mereka menganggap para sales hanya akan berpromosi menawarkan sebuah barang. Karenanya untuk menciptakan kepuasan konsumen, berikan perhatian khusus kepada para konsumen baik sebelum terjadi transaksi pembelian maupun pasca pembelian.

  1. Ciptakan sebuah hubungan yang saling menguntungkan
         Dalam memasarkan sebuah produk, tak jarang para pelaku pasar atau pedagang lebih mendominasi komunikasi yang terbangun. Mereka memposisikan para konsumen sebagai pendengar, dan pemasar sebagai narasumber utamanya. Strategi pemasaran seperti ini tentunya terbilang kuno, sebab sekarang ini para konsumen sudah mulai cerdas dan bisa menentukan produk-produk unggulan yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Oleh sebab itu, pastikan hubungan yang terbangun antara konsumen dan pelaku pasar bisa seimbang dan saling menguntungkan.

3.                3. Lakukan follow up pasca penjualan

         Untuk mempertahankan loyalitas pelanggan, ada baiknya Anda mencatat semua customer yang pernah membeli produk Anda dan mencoba melakukan follow up ulang pasca pembelian pertama. Meskipun cara ini sangatlah mudah, namun sampai hari ini belum semua pelaku usaha melakukannya. Biasanya mereka kurang peduli dengan prospek yang sudah dimiliki, dan cenderung mencari sasaran (konsumen baru) dibandingkan harus mem-follow up ulang konsumen-konsumen yang pernah melakukan pembelian di perusahaan mereka.

4.               4.  Tawarkan program menarik untuk menjaga loyalitas konsumen

         Seperti halnya mall-mall besar maupun pusat perbelanjaan di kota-kota besar yang biasanya menawarkan program premium atau kartu keanggotaan untuk menjaga loyalitas para pelanggan. Anda pun juga bisa mencoba program tersebut untukmembangun loyalitas konsumen. Mulailah dengan menawarkan sebuah keanggotaan atau member khusus yang akan memberikan banyak keuntungan bagi para pelanggan setia Anda. Misalnya saja menawarkan diskon khusus bagi para konsumen yang memiliki kartu keanggotaan, atau menawarkan bonus tertentu bagi para member yang berbelanja cukup banyak di perusahaan Anda.

5.                5.  Berikan keuntungan bagi pelanggan setia Anda

            Selain menawarkan program menarik untuk menjaga loyalitas konsumen, Anda juga bisa menjalin kerjasama dengan para pelanggan setia Anda. Tawarkan peluang bisnis bagi para konsumen yang bisa memberikan untung besar bagi mereka dan sekaligus bisa membantu Anda dalam meningkatkan pemasaran produk. Contohnya saja dengan membuka program reseller untuk para konsumen yang tertarik memasarkan produk Anda. Strategi ini tidak hanya menguntungkan para reseller, namun juga mendorong para pelanggan untuk melakukan pembelian berulang-ulang.

Pilihan konsumen terhadap suatu barang mungkin ada pengaruh juga dari cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan budget yang ada, dan memilih waktu yang tepat untuk membelanjakannya. Konsumen juga memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.

Mengapa seseorang membeli produk tertentu, mungkin berhubungan dengan motivasi seorang konsumen. Motivasi yang menggerakan konsumen untuk membeli produk tersebut, mungkin dari diskon yang ditawarkan, atau dari harga yang murah, dan bisa juga dari produk yang langka, sehingga hal dari hal tersebutlah membuat konsumen ingin membeli suatu produk tertentu.

Lalu ada sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant. Mungkin hal ini dapat dilihat dari membeli produk yang kelihatannya menarik tanpa perencanaan sebelumnya.


Sumber Referensi :
Anthie. 25 November 2010. Persepsi Konsumen Terhadap Suatu Produk. URL :http://anthie-beauty.blogspot.com
http://bisnisukm.com/5-cara-mempertahankan-kepuasan-dan-loyalitas-pelanggan.html


Minggu, 09 Juni 2013

PERANAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


          Yang dimaksud dengan proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar manusia yang bersifat interaktif, relasional, dan transaksional dimana komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan melalui media tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat Gibson (1994) proses komunikasi terdiri dari lima unsur yakni: Komunikator, pesan, perantara, penerima, dan balikan.
          Dalam konteks organisasi, proses komunikasi di atas yang digambarkan lewat model dapat disimpulkan bahwa, komunikasi merupakan aktivitas yang menghubungkan antarmanusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Komunikasi antar individu dan kelompok/tim dalam organisasi menciptakan harapan. Harapan ini kemudian akan menghasilkan peranan-peranan tertentu yang harus diemban untuk mencapai tujuan bersama/ organisasi. Agar pimpinan dapat mempengaruhi dan memotivasi para pekerja/karyawan agar secara bersama-sama mewujudkan tujuan organiasasi maka perlu dikembangkan sistem komunikasi yang efektif. Apabila komunikasi efektif, ia dapat mendorong timbulnya prestasi kerja dan kemudian akan memunculkan kepuasan kerja.

Fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

Ø  Fungsi Informatif
          Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

Ø  Fungsi Regulatif
         Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

Ø  Fungsi Persuasif
           Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

Ø  Fungsi Integrative
           Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

                Berkomunikasi pun memerlukan proses-proses. Terdapat 2 proses komunikasi dalam organisasi, yaitu proses komunikasi internal dan proses komunikasi eksternal.

a.      Komunikasi Internal
Merupakan pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen).

b.      Komunikasi Eksternal
Adalah komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak audience di luar organisasi. Contoh dari komunikasi eksternal, yaitu :
-          Komunikasi dari organisasi kepada khalayak yang bersifat informatif. Contohnya adalah Majalah, Press release/media release, Artikel surat kabar atau majalah, Pidato, Brosur, Poster, Konferensi pers, dll.
-          Komunikasi dari khalayak kepada organisasi.

  Hambatan Komunikasi
Sebuah proses komunikasi yang terjadi terkadang kita juga akan mengalami banyak hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa Hambatan Komunikasi adalah :
-          1. Hambatan sematik yaitu hambatan komunikasi yang disebabkan oleh fakor bahasa yang digunakan oleh para pelaku.
-          2. Hambatan mekanik yaitu hambatan komunikasi yang disebabkan oleh factor elektrik, mesin atau media lainnya.
-          3. Hambatan antropologis yaitu hambatan yang disebabkan oleh perbedaan pada diri manusia.
-          4. Hambatan psikologis yaitu hambtan yang disebabkan oleh factor kejiwaan.



SUMBER REFERENSI
Deddy, Makalah Peran Komunikasi Dalam Organisasi,  http://surantasainstechno.blogspot.com/2012/04/makalah-peran-komunikasi-dalam.html , 29 Maret 2013
o   Adi, Teori Komunikasi Organisasi, http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi.html, 4 desember 2007
o   Hr.Centro, Peranan Komunikasi dalam Organisasi,http://www.hrcentro.com/artikel/Peranan_Komunikasi_dalam_Organisasi__130207.html, 7 Februari 2012

Sabtu, 04 Mei 2013

GAYA KEPEMIMPINAN YANG IDEAL


GAYA KEPEMIMPINAN YANG IDEAL

Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali dan menyediakan besaran pembinaan yang tepat bagi bawahan. Selain itu pemimpin tersebut nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, meliputi nyaman dengan posisi sebagai pemegang kekuasaan, percaya diri dengan kemampuannya untuk memimpin, dan kemampuan untuk mendengarkan perasaan dan kata-kata orang lain.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu memahami dan memenuhi tiga jenis kebutuhan dalam oganisasi, yaitu kebutuhan tugas, kebutuhan individu, dan kebutuhan tim. Konsep fungsi kepemimpinan efektif berdasarkan beberapa pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa konsep kepemimpinan efektif adalah konsep kepemimpinan yang memperhatikan relasi dan kebutuhan antara pemimpin dan pengikut, di mana di dalamnya terdapat karakteristik yang menjadi instrumen untuk menghasilkan output kepemimpinan. Instrumen kepemimpinan tersebut merupakan hubungan yang didasari oleh kebajikan moral dan sosial.


Ketika seorang pemimpin bersedia memahami bawahan maka bawahan akan memiliki kemampuan untuk melakukan pengembangan diri sendiri. Dengan adanya kepemimpinan partisipatif maka membuka ruang bagi pemberdayaan staf untuk berhubungan dengan bawahan. Ini artinya, pemimpin yang efektif harus memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi bawahan, situasi lingkungan. 

Contoh Kepemimpinan Yang Ideal
Menurut saya gaya kepemimpinan nyata yang cukup ideal di Indonesia yaitu saat penggantian Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo..
Ideal dalam arti "sesuai dengan yang dicita-citakan". Pejabat yang tak bisa mengikuti irama kerja mereka akan menerima konsekuensi pencopotan jabatan. Padahal biasanya, dalam setiap pergantian pejabat pemerintahan selalu dengan basa-basi "sebagai hal rutin" yang dilakukan setiap 5 tahun sekali.
Kepemimpinan baru Pemprov DKI membawa harapan besar bagi warga Jakarta. Tak hanya menampilkan gaya birokrasi merakyat yang jauh dari pamrih pencitraan, tapi juga terobosan sebagai bagian utuh komunikasi yang merakyat, bahan keputusan publik.
Gaya memerintah dari belakang meja mereka tinggalkan. Semula terobosan Jokowi sempat menimbulkan kekhawatiran. Namun, Jokowi-Basuki membalikkan semua. Mereka berbagi kerja dan tak saling menjegal.
Perubahan yang mereka bawakan tidak hanya slogan kampanye, tetapi kinerja sehari-hari. Tidak hanya populer berkat liputan media, tetapi juga keberanian mengambil keputusan sebagai pemimpin berkarakter. Tidak hanya obral janji namun bertindak sebagai pemimpin yang bijaksana dalam mengambil keputusan.
Aspirasi kritis yang disampaikan sejumlah pihak terus diperlukan tanpa lupa mengapresiasi keberhasilan. Kesigapan menangani banjir dan kebijakan kartu sehat, sekadar contoh keberhasilan.
Kepemimpinan ideal yang bersinergi dengan responsive selain menampilkan gaya melayani, juga menuntut syarat keberanian. Keberanian dilakukan tidak oleh kuatnya jumlah pendukung, tetapi oleh keyakinan dan kredibilitas pribadi dan kompetensi sang pemimpin.
Bobot dan wilayah persoalan kepemimpinan daerah memang tak sebesar kepemimpinan nasional. Namun, kriteria dasar kepemimpinan daerah merupakan miniatur kriteria kepemimpinan nasional. Contohnya upaya pemberantasan korupsi. Niscaya tak cukup dengan memperkuat perangkat dan aparat hukum, tetapi terlaksananya prinsip fiat justitia ne pereat mundus (keadilan harus ditegakkan agar dunia tidak hancur) tanpa pandang bulu.
Prinsip bijak itu tak mudah diwujudkan, apalagi dengan dikedepankannya kepentingan politis-pragmatis-sempit dan hilangnya kredibilitas kepemimpinan karena terjerat kasus hukum. Keberhasilan kepemimpinan ideal responsif niscaya terbuka lebar bagi pemimpin daerah dan nasional yang punya kredibilitas, kompetensi, dan keberanian berpihak pada kepentingan rakyat banyak.

Semoga akan ada banyak calon-calon pemimpin bangsa baru yang memiliki terobosan baru untuk memajukan bangsa tanpa pandang bulu dan bertindak berdasarkan hati nurani tidak sekedar obral janji. Namun mengabdi kepada Negara serta membenahi birokrasi dan tata kota yang belum terorganisir dengan semestinya.



Nama                    :  Putri Citra Rahman
NPM                      :  15111639
Kelas                     :  2Ka 30

TEORI KEPEMIMPINAN


TEORI KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

A.  Tipe Kepemimpian

Situasi lingkungan bisnis yang secara dinamis terus berubah menuntut perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Kegagalan dalam mengenal perubahan dan kecepatan beradaptasi dapat menyebabkan perusahaan tidak memiliki daya saing yang baik.
Ada empat tipe kepemimpinan yang dapat digunakan untuk berbagai organisasi:
·         Directive
Adalah salah satu tipe kepemimpinan tertua dan seringkali disebut juga dengan pendekatan otoriter. Dalam tipe ini, pemimpin akan menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengharapkan mereka untuk segera melakukannya.
·         Participative
Dalam tipe ini, pemimpin mencari input dari pihak lain dan mengajak orang-orang yang relevan dengan pembahasan untuk pengambilan keputusan
·         Laissez-faire
Mendorong inisiatif dari banyak pihak agar bersama-sama memikirkan bagaimana proses pengerjaan sampai menghasilkan outcome.
·         Adaptive
Gaya kepemimpinan yang mengalir dan menyesuaikan gaya sesuai dengan keadaan lingkungan dan individu yang berpartisipasi.

B.  Teori - Teori Dalam Kepemimpinan

a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.


Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:


Ø  Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.


Ø  Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan.

c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian adalah :
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
* Norma yang dianut kelompok
* Rentang kendali
* Ancaman dari luar organisasi
* Tingkat stress
* Iklim yang terdapat dalam organisasi 


4 Gaya Kepemimpinan
1.       Pemberitahu
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah. Ini menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing) adalah karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.
2.       Penjual
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat. Ini menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.
3.       Partisipatif
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat. Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
4.       Pendelegasian
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi. Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.   Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.
SUMBER REFERENSI  :


Nama                    :  Putri Citra Rahman
NPM                      :  15111639
Kelas                     :  2Ka 30